Pulau Bintan adalah gardu perdagangan yang penting setelah Kota Palembang dan Kota Medan. Menurut sejarahnya sebagai pusat pemerintahan kerajaan Melayu Riau, sejak dahulu kebudayaan dan adat-istiadat yang berkembang di pulau ini adalah budaya Melayu. Berada di tengah negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, menjadi alasan utama Pulau Bintan sebagai pulau strategis. Pergerakan perdagangan tersebut turut berpengaruh pada perkembangan budaya.

Masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi adat yang bersumber dari nilai-nilai agama Islam, karena agama Islam merupakan agama yang mayoritas di Pulau Bintan ini. Hal ini dapat dilihat dari kentalnya nilai Islam dalam budaya masyarakat Melayu di Pulau Bintan. Sehingga biasanya perayaan hari besar Islam pun dilakukan secara meriah. Tradisi masyarakat Melayu yang religius menjadi ciri utama adat-istiadat yang terdapat di Pulau Bintan.

Penduduk Melayu Pulau Bintan adalah masyarakat yang religius karena mereka menerapkan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Acara “aqiqahan” bagi rasa syukur atas kelahiran seorang anak, khatam Al-quran bagi anak-anak yang telah menamatkan pembacaan Al-quran, serta khitanan bagi anak laki-laki adalah sederet perayaan Islam yang sering dilakukan masyarakat setempat.

 
Top